20 Juni 2011

Belum ada judul??????

Mumpung lagi mood nulis ne, ikutinn aja deh maunya kemana.... ^_~
“dendam gue vs senyumnya”
Lebih cocok “LABIL OR ABABIL” HAHAHAHAHAHA




Huufffttt.....
Akhirnya aku menyerah dalam ujian kali ini,,  tak seperti yang ku kira, ternyata tak semudah yang kubayangkan. Semua terasa begitu berat kurasakan.... seolah tiada motivasi untuk bangkit dari keterpurukan ini...... ughhhhhh sialllll!!!!!! Ternyata aku lemah dengan keadaan ini... dan akhirnya pun harus aku akui bahwa aku telah gagal mencoba ini... 
Mengapa aku bisa kalah dengan cobaan ini?? Mana jiwa kesatriaku yang dulu amat sangat melekat dalam diriku?? Kemana perginya sikap pantang menyerah ku.... yang dulu selalu ada setiap ku merasakan keterpurukan, kesendirian dalam pekatnya rasa bersalahku....
Ya kali ini aku memang pecundang, yang bosan menjalani hidup yang penuh dengan kemunafi kan.....
Hiks hiks.... arrrrrggghhhhhh,,,, entah sampai kapan aku akan terus begini (>.<).... *aku hanya termenung melihat diri dalam cermin dengan wajah kosong memandang penuh rasa dendam...... ****** Dalam hati ku berkata “ adakah ketulusan dimuka bumi ini, yang dapat menyejukan hatiku yang hampa karna bosan dengan kemunafikan!!!!!! Alahhhhh persetannn dengan itu semua!!!!!! Enyahlah dari otakku!!!!!! “ Tak terasa tetesan air mata mulai membasahi pipiku, yang masih duduk terpaku di bawah bupet milik peninggalan nenekku dengan ornamen unikkny.... dan akupun menangis sekuat kuatnya, tuk melepaskan segala beban yang terasa begitu berat, yang lama kupikul seorang diri.... Masih dengan raut penuh amarah aku bangkit dan beranjak ke balkon kamar, ku pejamkan mata dan membiarkan diriku terhanyut oleh hembusan angin malam yang menambah suasana makin mencekam *.... sampai aku benar-benar terbawa, jiwa ku terbang melayang.... *tiba-tiba semua seperti terulang kembali,,, kejadian itu yang hampir membuat jantungku berhenti berdetak... aarrrrggghhhhh shiiittt (>.<)
wajah itu,,,,
ia datang mendekatiku.... aku benci semua ini!!!!!!!!!!! Pergi jauh kau pecundang aku muak dengan tingkahmu itu.... pergi dan jangan pernah kau berfikir untuk kembali padaku!!! Karna tak sedetikpun waktu ku buang tuk memikirkan manusia tak berhati seperti kau dan ingatan tentang kau sudah ku buang jauh jauh..... Pergiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kauuuuuuu !%@#$
tubuhku tersentak seperti ada kekuatan yang mendorong agar ku jatuh... dan aku pun tersadar...
saat itu matahari mulai terbit, udara sejuk pagi mulai kurasakan, sentuhan lembut embun menyentuh hingga lubuk hatiku yang terdalam... hingga cukup mengobati luka hatiku yang terperangkap dalam kehampaan jiwa...
terdengar suara lembut memanggilku dari jauh, suara itu begitu merdunya hingga membuat jantungku berdetak hebat, dan kini jauh lebih hebat lagi.....
wajahnya yang teduh, senyumnya yang menawan, seolah memberikan ketenangan dalam jiwa yang penuh dengan amarah yang membara...
huuffftttt,,,, akhirnya aku tersadar bahwa untuk apa ku menyesali hal yang sudah terjadi, karena penyesalanku takkan merubah kenyataan dan tak dapat memutar waktu... aku hanya membuang energi ku untuk hal yang seharusnya aku dapat menyikapinya lebih bijaksana... aku khilaf,,, entah yang kesekian kali aku menyadari hal ini.....
OK sekarang aku akan berusaha untuk lebih bijak lagi dalam mengatasi masalah, dan aku sadar dengan emosional semua akan menambah lebih buruk, menambah kacau fikiranku....
Aku berjanji ini yang terakhir, aku terlalu childish.... hmmp,,,, aku terus ngedumel sambil terus natapin cowok yang lagi sibuk ngelap motor cantiknya....
Entah pelet apa yang dia pake, sampe sampe ne mata gak bisa ngedip dibuatnya....
Hahahahahahahah :D
Akhirnya aku bisa tertawa lepas setelah semalaman menangis tersedu, hehehe
Tu cowok memang ajaib... sanggup membuatku semangat lagi hanya dengan senyuman kecil dan suara merdunya itu,,, hahahaha rontok dah dendam gue....
Ohhh my prince cute ku... tetaplah menjadi penyemangat hidup ku walau hanya dengan senyum kecilmu..... ^_^


#cerita ini hanya fiktif belaka.... suka suka gue mau nulis apa !!!!!
blog blog gue... hahahaha
stress mode on... ^_~

14 Juni 2011

Bahagia Bersamamu... ^^




Bersamamu adalah hal yang sangat menyenangkan, karena saat jauh darimu rasa rindu selalu menggangguku. Berbagi canda tawa, suka duka, berbagi saat susah ataupun senang kita tetap bersama. Dengan "saling" mejaga, agar semua tetap baik seperti apa yang kita inginkan. Mimpi mu mimpi ku, kita punya mimpi yang sama yaitu together forever in love.... ^^

cinta itu bukan hanya milikku, atau milikmu, tapi milik "KITA"...
karena aku ingin saat kamu mengingatku, kamu tak hanya mengingat ku tapi mengingat tentang kebersamaan KITA,,, ^_^
dimana ada aku dan kamu.....

Bersamamu senyum manis ku selalu merebak, yaa.... bagaimana tidak kamu selalu membuatku tertawa dengan tingkah polahmu yang konyol itu.... hahaha
itu yang selalu ku rindu saat jauh dari mu... hehe ^_~

Mencintaimu aku bahagia....
karena dengan mencintaimu berarti aku mencintai diriku sendiri dalam dirimu. karena cintamu mengajarkanku tentang banyak hal, terutama "Ketulusan"... kau bukan hanya mengajarkanku tapi kau menujukkan bagaimana ketulusan itu...
mencintaimu aku dapat menjadi diriku sendiri, dan aku pun bahagia mencintai dirimu yang apa adanya...

Aku fikir ketulusan itu takkan ku dapatkan, tapi ternyata aku mendapatkannya dari dirimu.....
Aku mengerti betapa berharganya sebuah "Kepercayaan", jadi aku akan selalu berusaha untuk menjaga kepercayaan yang telah kamu berikan padaku....
dan Insya Allah aku akan Istiqomah dalam menjaganya, dan aku harap kau pun begitu... dapat selalu menjaga kepercayaan itu... ^_~

I hope U're the last for me...
I love you.... I need you.... I miss you....
because you're the only one...
you're the best... ^_~

#berharap semua ini bukan hanya awal yang indah, tapi akan selalu indah untuk selamanya....#

Aku Cemburu!


“Ketika saya sedang merayakan 3 bulan saya berpacaran, teman saya memberitahukan bahwa saat ini ada 3 laki – laki yang menyukai pacar saya… ketika saya tanyakan, pacar saya pun tidak membantahnya … hati saya cemburu sampai saat ini walaupun cewe saya tidak menyukai 3 orang cowo tersebut tetap saja suatu-waktu dia bisa pergi meninggalkan saya dan jadian dgn salah satu dr mereka.”

(dikutip dari http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110117014235AA0mHpy)

Suka atau tidak, banyak dari kita pernah mengalami perasaan seperti pada kutipan diatas. Entah karena kita merasa ada orang lain yang dekat dengan orang yang kita sayangi, entah pasangan kita sedang ‘agak jauh’ dengan kita, atau pasangan yang sedang tenggelam dalam kesibukannya. Meskipun berbeda, pada intinya garis besar perasaan yang muncul adalah sama: individu takut akan kehilangan yang dikasihi nya karena adanya ‘pihak ketiga’.

Saat individu merasa bahwa ‘pihak ketiga’ muncul, sadar tidak sadar pihak ketiga tersebut akan mempengaruhi hubungan yang berlangsung. Teman, orangtua, mantan suami / istri, mantan kekasih, anak dari pernikahan sebelumnya, bahkan kesibukan dapat dikategorikan sebagai pihak ketiga. Diantara para pihak ketiga tersebut, mantan kekasih merupakan yang paling berpotensi mempengaruhi hubungan yang sedang dijalani. Biasanya salah satu pihak akan merasa bahwa pasangan lebih ‘memilih’ mantan kekasihnya dibanding pasangannya saat ini. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya pada artikel http://ruangpsikologi.com/mantan-kekasih-yang-sulit-dilupakan , mantan kekasih dipersepsikan lebih mudah untuk dihubungi, tidak terkecuali untuk dijadikan pasangan selingkuh.

Ketika mengalami cemburu, individu yang sedang merasa terancam akan menampilkan beberapa perilaku tertentu, seperti menjadi murung, muncul rasa ingin tahu yang kadang berlebihan terhadap pasangan, serta perilaku agresif. Sering meng – sms menelpon pasangan secara terus menerus, mencurigai setiap telepon di handphone pasangan karena rasa cemburunya tersebut.

Di sisi lain, pasangan yang merasa dicurigai secara berlebihan bukan tidak mungkin akan menarik diri. Keadaan akan semakin buruk karena disatu sisi pasangan merasa dicurigai sedangkan disisi lain pasangan masih merasa terancam keberadaannya. Jika dibiarkan terus menerus tanpa ada usaha untuk mengomunikasikannya, maka akan timbul frustasi, putus asa, bahkan kekerasan.

Perilaku – perilaku cemburu tersebut tentu dilakukan oleh pria dan wanita. Meskipun demikian, bentuk dan penyebab cemburu dirasakan berbeda oleh pria dan wanita. Selama ini sejarah menjelaskan bahwa wanita merupakan ‘property’ miliki pria. Hal tersebut ternyata dirasakan tidak terlalu banyak berubah, ketika pria merasa cemburu mereka merasa bahwa seseorang akan mengambil apa yang sudah menjadi miliknya. Sebaliknya, wanita diasumsikan sebagai individu yang lemah dan akan bergantung pada pria, oleh sebab itu rasa cemburu wanita muncul saat mereka merasa takut kehilangan kesejahteraan serta keamanan yang diberikan oleh pasangannya.

Penelitian – penelitian menunjukkan bahwa cemburu terbagi kedalam beberapa tingkatan:

Yang pertama adalah cemburu yang lumrah. Pada tahap ini, individu merasa terancam karena hal lain diluar hubungannya. Pada tahap ini, individu yang merasa cemburu mampu mengontrol perasaannya tersebut sehingga hubungan yang dijalani tidak terlalu berpengaruh.

Yang kedua adalah ketika individu merasa cemas terus menerus dan menjadi obsesif terhadap pasangan. Hal ini dapat terjadi karena di masa lalu, pihak yang cemburu pernah merasa tersakiti. Perasaan pernah tersakiti tersebut membuatnya merasa lebih berhati – hati sehingga sering membuatnya cemas. Untuk mengurangi perasaan tersebut individu akan melakukan berusaha untuk selalu mengetahui keberadaan pasangannya serta jika memungkinkan akan terus bersama pasangannya tersebut.

Yang ketiga adalah sindrom Othello’. Pada tahap ini, individu mengalami yang lazim dikatakan ‘cemburu buta’. Individu akan mengalami pikiran yang tidak berdasar, irasional, dan paranoid bahwa pasangannya memiliki pasangan lain. Individu juga tidak akan peduli meskipun pada kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut.

Menghadapi rasa cemburu bukanlah sesuatu yang mudah. Meskipun telah berusaha maksimal, tidak sedikit hubungan yang gagal karena perasaan cemburu. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, seperti salah satu pihak tidak mau mengalah, salah satu pihak merasa paling benar, dan sebagainya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa metode yang dapat kita pergunakan adalah:
Bersama pasangan kita membuat daftar apa saja yang dapat memicu cemburu tersebut muncul. Kemudian dari daftar tersebut kita membuat urutan mana saja yang paling memicu cemburu sampai yang paling tidak memicu cemburu.
Berlatih membuat bagian tubuh tertentu menjadi rileks.
Berlatih untuk menjaga tubuh kita tetap rileks sambil membayangkan perilaku apa saja yang ada dalam list no 1 diatas. Ketika membayangkan suatu perilaku dan kita tidak mampu rileks, maka kita kembali melakukan relaksasi seperti pada nomor 2.
Setelah membuat perilaku yang dapat memicu rasa cemburu. Buatlah daftar perilaku apa saja yang membuat kita merasa bahagia. Kemudian urutkan mana yang paling berpengaruh sampai yang paling tidak berpengaruh.
Setelah mengurutkan dari yang paling berpengaruh sampai yang paling tidak berpengaruh, berikanlah skor pada setiap perilaku di daftar no 4 diatas. Ketika pasangan mencapai skor tertentu berikanlah semacam hadiah (yang telah disepakati bersama) untuk kedua belah pihak.

Metode diatas tentu saja tidak memiliki tingkat keberhasilan seratus persen dalam mengatasi masalah cemburu. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, membangun kepercayaan merupakan hal utama yang harus dilakukan pasangan. Membayangkan berada diposisi pasangan diharapkan dapat membantu mengatasi rasa cemburu. Tidak hanya itu, walaupun sulit, bangunlah komunikasi sebaik mungkin sehingga perlahan rasa percaya tersebut muncul kembali.

Nova JoNo Ariyanto

Sumber:

Pines, A. M. 1992. Romantic Jealousy. Psychology Today; MAR 1992; 25, 2; ABI/INFORM Global page 48.

Scheinkman, M. & Werneck, D. 2010. Disarming Jealousy in Couples Relationships: A Multidimensional Approach. Family Process; Dec 2010; 49, 4; Academic Research Library pg. 486

Foto: http://guekiller.deviantart.com/art/In-My-Darkest-Hour-84768860?q=gallery:guekiller/853762&qo=18

sumber : http://ruangpsikologi.com/aku-cemburu

Meditasi (Part 1) – Kesadaran dalam Pencapaian Kebahagiaan


“Sebagai manusia kita menderita karena tidak mendapatkan apa yang kita inginkan dan tidak bisa mempertahankan apa yang sudah kita miliki” – Kalu Rinpoche


Saya tidak bahagia. Mungkin pernyataan tersebut yang membawa saya mengikuti pelatihan meditasi selama 7 hari di Vihara Mendut. Berangkat seorang diri dari Jakarta dengan segudang harapan untuk menemukan kunci jawaban atas pertanyaan yang bergelut di pikiran saya. Apa tujuan hidup saya? Apakah yang bisa saya lakukan dengan emosi negatif yang menganggu dan terus muncul? Amarah dan rasa takut yang tidak bisa saya jelaskan.

Sebelum membahas lebih dalam, meditasi adalah salah satu cara untuk menggali faktor positif dalam diri seseorang. Dalam pencapaian kebahagiaan, meditasi bisa digunakan sebagai alat untuk menyadari dinamika emosi dan pikiran yang dialami manusia.

Ketika saya pertama bermeditasi, saya dibimbing oleh Pak Hudoyo. Instruksinya sangat sederhana: amati pikiran Anda, sadari ke enam indera – penciuman, penglihatan, peraba, pengecap, pendengaran, dan batin. Ia juga menekankan bahwa selama meditasi jangan mengharapkan apapun, jangan mengharap menemukan jawaban, jangan mengharap memperoleh pencerahan, amati saja semua pikiran yang muncul di dalam batin. Kala itu, saya sudah menyiapkan cangkir kosong saya untuk diisi air, saya tinggalkan semua harapan dan pencarian. Saya biarkan Pak Hudoyo mengisi cangkir saya dengan pengalaman baru.



Hari pertama biasanya adalah hari terberat, begitu juga dengan apa yang saya alami. Kami diharapkan untuk tidak berkomunikasi sama sekali, menganggap diri berada sendirian di hutan belantara, handphone pun harus dititipkan. Sehingga yang saya miliki hanyalah diri saya terisolasi dari dunia. Ternyata ketika kita tidak bicara dan berdiam diri, suara dalam pikiran sangat terdengar jelas. Bahkan ketika saya berpikir kalau saya tidak mau berpikir, pikiran mengalir terus menerus tanpa henti! Pikiran seakan berkudeta, mengambil alih diri saya. Saya tidak bisa mengendalikan pikiran saya sendiri!

Saya teringat kutipan Masaru Emoto ‘WE ARE WHAT WE FEEL AND THINK’. Bayangkan hampir seluruh kehidupan, kita tidak menyadari bahwa kita terus menerus berpikir tanpa henti! Untung-untung kalau pikiran berbicara hal positif, bagaimana jika pikiran terus menerus mensugesti diri dengan hal-hal negatif? We become what we think.


Setelah hari pertama, saya berhasil menyadari pikiran saya yang terus mengalir. Maka pada hari kedua muncul emosi-emosi dari kenangan masa lalu, baik emosi positif maupun negatif. Bercerita sedikit tentang tujuan saya ikut berlatih meditasi, salah satunya, adalah agar saya bisa mengendalikan emosi saya dengan lebih baik. Hal-hal kecil dapat membuat saya ‘meledak’. Sehingga tanpa saya sadari saya menumpuk amarah dan benci. Kembali kepada meditasi, saya menyadari bahwa saya menolak emosi-emosi negatif dan mencoba mempertahankan emosi positif. Kenangan bersama dengan mantan kekasih yang membuat saya bahagia, terus mengembara di pikiran. Padahal saya sudah putus dari dia sejak setahun yang lalu! Pikiran saya mencoba mempertahankan kenangan tersebut, padahal saya menderita karena kenangan manis itu sudah berlalu dan tidak akan terulang lagi. Begitu juga dengan emosi negatif yang muncul, yaitu perasaan bersalah ketika salah satu binatang peliharaan saya wafat akibat kecerobohan saya sendiri. Pada saat itu, saya mati-matian menolak emosi negatif tersebut dengan menghibur diri saya, dengan pembenaran-pembenaran diri. Mekanisme pertahanan yang sangat jelas mengindikasikan bahwa saya mencoba melarikan diri dari kenyataan. Dalam menyikapi emosi yang muncul, pembimbing meditasi hanya menasehati ‘amati saja emosi dan kenangan, sadari tanpa berusaha untuk mempertahankan ataupun menolak’.


Ajaran Budha mengajarkan bahwa tidak ada yang kekal. Setiap kesenangan terhadap segala sesuatu tidak akan bertahan lama. Mungkin kita akan berapi-api ketika mendapatkan promosi jabatan tapi kesenangan itu pun tidak berlangsung lama. Begitu juga dengan kesedihan, kita tidak selamanya menangisi kegagalan, tidak lama kita akan segera pulih. Itu adalah bagian dari ketidak kekalan, seperti juga pikiran yang terus menerus mengalir. Emosi pun terus mengalir, muncul dan menghilang.

Lalu bagaimana mekanisme menyadari dan mengamati pikiran menjadi sebuah cara menuju manajemen emosi? Pak Hudoyo memberikan ilustrasi yang indah: Dengan mengamati pikiran, kita menyadari berbagai macam pikiran dan emosi. Kita bisa menyadari emosi, katakanlah, marah sebelum marah itu menjadi besar. Sama seperti api tidak lah serta merta langsung besar, api disulut oleh api yang kecil. Nah, dengan menyadari marah sebelum membesar, amarah akan lebih mudah untuk diredakan. Bagaimana dengan emosi-emosi masa lalu yang selalu datang dan mengganggu? Emosi itu sudah terlanjur membesar bukan? Pak Hudoyo juga memberikan tips untuk menangani emosi masa lampau: ‘Silahkan amati dan sadari jika emosi masa lampau itu muncul, tanpa berusaha untuk menolak. Sadari saja dan amati perasaan yang silih berganti muncul bersamaan dengan ingatan. Lama kelamaan seperti foto yang pudar, ingatan masih tetap ada, namun emosi yang mengganggunya hilang’.

Terus terang sampai saya menulis artikel ini sekarang, saya belum sepenuhnya merasakan ‘hilangnya’ emosi masa lalu yang telah hinggap cukup lama di batin ini. Tapi saya bisa merasakan memudarnya emosi, walaupun belum sepenuhnya hilang. Yah, bisa dimaklumi karena ini adalah pertama kalinya saya berlatih meditasi. Dalam bukunya yang berjudul Joyful Wisdom: Embracing Change and Finding Freedom, Yongey Mingyur Rinpoche mengatakan agar kita menjadikan masalah sebagai penangkal. Dengan kata lain, emosi negatif bukanlah sesuatu yang harus ditakuti dan dihindari, namun justru dengan ‘berjalan’ bersamanya kita bisa menemukan kelegaan.

Saya jadi ingat salah satu kasus hysteria yang dialami pasien Freud bernama Anna O. Anna O ketika itu menolak untuk minum, entah apa yang menyebabkan dia seperti itu. Pada sesi hypnosis diketahui bahwa pada suatu hari Anna merasa jijik melihat seekor anjing minum, setelah Anna berhasil me-recall ingatannya itu, ia dapat minum secara normal. Sama seperti Anna O, kadang-kadang kita juga memendam emosi di dalam ketidaksadaran kita. Bahkan kita mencoba menghindar, melarikan diri, ataupun sekedar melakukan pembenaran diri atas kejadian tertentu. Efek dari melarikan diri itu ternyata terus terbawa walaupun mungkin tidak lagi teringat di kesadaran. Ajaran meditasi memberikan solusi alternatif, jauh sebelum Freud, untuk mengamati pikiran. Yakni, untuk jujur dan menghadapi emosi serta pikiran yang mengganggu secara langsung.

Singkat cerita, selama 7 hari saya rasakan latihan meditasi memberikan saya bekal untuk self-help di dunia nyata, ketika saya dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang membuat saya tidak bahagia dikarenakan pikiran yang mengembara.

- Bersambung Meditasi (Part 2) - Tubuh dan Batin

Nb. Tulisan ini tidak luput dari kesalahan persepsi terhadap ajaran meditasi yang diberikan karena merupakan refleksi murni dari penulis. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detil mengenai ajaran meditasi, bisa mengklik website-nya langsung dibawah. Kritik yang berguna dan revisi yang mungkin diperlukan bisa langsung komen atau kirimkan ke loralois@gmail.com. Terima kasih.

Sumber dan sumber bacaan lebih lanjut:

http://www.richardwebster.net/freudandcharcot.html

http://meditasi-mengenal-diri.org/

Rinpoche, Yongey Mingyur. 2010. Kebijaksanaan yang membahagiakan. Jakarta: Karaniya

Sumber foto;
http://www.flickr.com/photos/stress-relief-meditation/3656108813/in/photostream/
http://www.flickr.com/photos/stress-relief-meditation/3656108741/#/
?

http://www.flickr.com/photos/peak4/4688492223/

sumber : http://ruangpsikologi.com/meditasi-part-1

Lucid Dream



Pada tahun 2010, bioskop Indonesia sempat dihadiri oleh film karya Christoper Nolan yang berjudul Inception. Singkatnya, film ini bercerita tentang Dom Cobb yang mencoba mengambil informasi dengan cara masuk ke dalam alam mimpi dan menginsepsi pikiran korbannya. Untuk bisa masuk dan menginsepsi, tentunya Dom Cobb harus sadar ia bermimpi. Tapi apakah betul manusia bisa sadar saat ia sedang bermimpi?

Dalam psikologi, nyatanya ada beberapa individu yang menyadari bahwa ia tahu ia sedang bermimpi. Aktivitas mental seperti ini dinamakan lucid dream. Lucid dream dapat terjadi melalui dua cara: dream-initiated lucid dream (DILD) yaitu saat manusia mengalami mimpi seperti biasa kemudian ia menyadari bahwa ia sedang bermimpi dan wake-initiated lucid dream (WILD) yaitu manusia sadar ia bermimpi semenjak ia dalam fase bangun hingga di alam mimpi. Inception adalah contoh dari WILD ini.

Konsep yang dikemukakan Frederik van Eden tentang individu mengontrol mimpi tersebut memang bertolak belakang dengan pandangan umum. Selama ini, penelitian menunjukan bahwa mimpi merupakan sebuah pengalaman mental orang yang sedang tidur yang terjadi begitu saja dan tanpa tujuan (Domhooff, 1996). Mimpi dilihat sebagai hal yang misterius, pasif, dan aktivitas mental yang diproduksi oleh bagian otak yang mengatur tentang tidur (Flanaga, 2000; Hobson, 2002; Windt & Metzinger, 2007). Selain itu, para pemimpi dilihat memiliki kemampuan yang sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang terjadi saat mimpi. Hobson’s (2002) menjelaskan—“secara normal kita kehilangan … kesadaran merefleksi diri; kita tidak sadar dimana kita berada; kita tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiran kita; dan kita tidak bisa melakukan penilaian kritis” (hal 141)— secara eksplisit mengasumsikan bahwa sebagai besar orang dewasa mengalami pengalaman mimpi tanpa sadar bermimpi tersebut. Maka, eksistensi lucid dream, adalah dimana individu sadar bahwa ia sedang bermimpi dan mampu mengendalikan tindakan di dalam mimpi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Schredl dan Erlacher (2004) ditemukan bahwa 82% dari partisipan pernah mengalami lucid dream setidaknya satu kali seumur hidup dan hampir 37% dilaporkan mengalami lucid dream setidaknya satu bulan satu kali. Individu yang memiliki keterlibatan lebih tinggi terhadap teknologi (seperti video games) dikatakan lebih sering mengalami lucid dreams dibanding individu lain (Gackenback, 2006, 2009). Lucid dream juga lebih sering dialami pada dewasa muda, sebagaimana pengalaman banyak dewasa muda yang dapat dengan mudah menghubungkan beberapa pengalaman sadar yang dikendalikan pada saat terbangun.

Individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, terutama wanita lebih mempercayai kemungkinan mengendalikan mimpi (Woolley & Boerger, 2002) . Lalu penelitian selanjutnya setelah Woolley dan Boerger menemukan adanya hubungan gender, pengalaman mimpi, kepercayaan tentang mimpi, dan struktur batas. Sekitar 165 mahasiswa (68 perempuan) mengisi kuesioner Control of Dreams Questionnaire dan Dream Experiences Interview-nya Wolley dan Boerger dan ditemukan bahwa sekitar 94% responden berusaha untuk mengendalikan mimpinya, 70% responden menjelaskan setidaknya ada satu yang episode mimpi yang berhasil kontrol, dan 80% yakin bahwa orang lain dapat mengendalikan mimpinya dalam situasi tertentu. Perempuan dilaporkan memiliki keberhasilan mengendalikan mimpi daripada laki-laki.

Lucid dream ini dijadikan treatment untuk mengurangi mimpi buruk. Dalam penelitian Antonio L. Zadra tahun 1997 dilakukan dalam 5 studi kasus. Penelitian yang berlangsung selama satu tahun ini menunjukkan bahwa 4 orang sudah tidak mengalami mimpi buruk dan 1 orang mengalami penurunan intensitas dan frekuensi mimpi buruk. Hasil ini mendukung ide bahhwa treatment menggunakan lucid dream ini dapat menjadi dasar dari terapetik.

Ada sebuah teknik mudah dari beragam teknik agar individu bisa mengalami lucid dream yaitu teknik Stephen LaBerge’s Mnemonic Induction of Lucid Dreaming (MILD).

a. Pasang alarm Anda untuk membangunkan 4.5, 6, atau 7.5 jam setelah tidur

b. Ketika Anda terbangun karena alarm, cobalah untuk mengingat mimpi yang telah Anda lalui sebanyak mungkin

c. Ketika Anda berpikir bahwa Anda dapat mengingat banyak, kembali ke tempat istirahat, imajinasikan Anda berada di mimpi sebelumnya dan menjadi sadar (aware) terhadap apa yang sedang dimimpikan. Bilang kepada diri Anda, “Saya akan sadar ketika saya bermimpi,” atau hal-hal lainnya. Lakukan hal ini hingga Anda hingga Anda benar-benar tenggelam di dalamnya lalu pergi tidur

d. Jika ada pemikiran-pemikiran yang secara acak keluar ketika Anda mencoba untuk tidur, ulangi berimajinasi, beri sugesti pada diri, dan cobalah terus menerus. Jangan khawatir jika Anda memerlukan waktu yang lama untuk ini. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, maka Anda akan jatuh tenggelam di dalamnya dan Anda akan merasakan lucid dream.

Selamat berpetualang di dunia mimpi!

(Nia Janiar)

Sumber:

Boerger, Elizabeth A., 2009. Associations among boundary structure, gender, and beliefs about control of dreams. Dreaming, Vol 19(3), Sep, 2009. pp. 172-186. US: Educational Publishing Foundation

Zadra, Antonio L. 1997. Lucid Dreaming as a Treatment For Recurrent Nightmares. Psychotherapy and Psychosomatics, Vol 66(1), Jan-Feb, 1997. pp. 50-55. Switzerland: Karger

Gambar diambil dari: http://www.yerkaland.com/

sumber : Pada tahun 2010, bioskop Indonesia sempat dihadiri oleh film karya Christoper Nolan yang berjudul Inception. Singkatnya, film ini bercerita tentang Dom Cobb yang mencoba mengambil informasi dengan cara masuk ke dalam alam mimpi dan menginsepsi pikiran korbannya. Untuk bisa masuk dan menginsepsi, tentunya Dom Cobb harus sadar ia bermimpi. Tapi apakah betul manusia bisa sadar saat ia sedang bermimpi?

Dalam psikologi, nyatanya ada beberapa individu yang menyadari bahwa ia tahu ia sedang bermimpi. Aktivitas mental seperti ini dinamakan lucid dream. Lucid dream dapat terjadi melalui dua cara: dream-initiated lucid dream (DILD) yaitu saat manusia mengalami mimpi seperti biasa kemudian ia menyadari bahwa ia sedang bermimpi dan wake-initiated lucid dream (WILD) yaitu manusia sadar ia bermimpi semenjak ia dalam fase bangun hingga di alam mimpi. Inception adalah contoh dari WILD ini.

Konsep yang dikemukakan Frederik van Eden tentang individu mengontrol mimpi tersebut memang bertolak belakang dengan pandangan umum. Selama ini, penelitian menunjukan bahwa mimpi merupakan sebuah pengalaman mental orang yang sedang tidur yang terjadi begitu saja dan tanpa tujuan (Domhooff, 1996). Mimpi dilihat sebagai hal yang misterius, pasif, dan aktivitas mental yang diproduksi oleh bagian otak yang mengatur tentang tidur (Flanaga, 2000; Hobson, 2002; Windt & Metzinger, 2007). Selain itu, para pemimpi dilihat memiliki kemampuan yang sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang terjadi saat mimpi. Hobson’s (2002) menjelaskan—“secara normal kita kehilangan … kesadaran merefleksi diri; kita tidak sadar dimana kita berada; kita tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiran kita; dan kita tidak bisa melakukan penilaian kritis” (hal 141)— secara eksplisit mengasumsikan bahwa sebagai besar orang dewasa mengalami pengalaman mimpi tanpa sadar bermimpi tersebut. Maka, eksistensi lucid dream, adalah dimana individu sadar bahwa ia sedang bermimpi dan mampu mengendalikan tindakan di dalam mimpi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Schredl dan Erlacher (2004) ditemukan bahwa 82% dari partisipan pernah mengalami lucid dream setidaknya satu kali seumur hidup dan hampir 37% dilaporkan mengalami lucid dream setidaknya satu bulan satu kali. Individu yang memiliki keterlibatan lebih tinggi terhadap teknologi (seperti video games) dikatakan lebih sering mengalami lucid dreams dibanding individu lain (Gackenback, 2006, 2009). Lucid dream juga lebih sering dialami pada dewasa muda, sebagaimana pengalaman banyak dewasa muda yang dapat dengan mudah menghubungkan beberapa pengalaman sadar yang dikendalikan pada saat terbangun.

Individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, terutama wanita lebih mempercayai kemungkinan mengendalikan mimpi (Woolley & Boerger, 2002) . Lalu penelitian selanjutnya setelah Woolley dan Boerger menemukan adanya hubungan gender, pengalaman mimpi, kepercayaan tentang mimpi, dan struktur batas. Sekitar 165 mahasiswa (68 perempuan) mengisi kuesioner Control of Dreams Questionnaire dan Dream Experiences Interview-nya Wolley dan Boerger dan ditemukan bahwa sekitar 94% responden berusaha untuk mengendalikan mimpinya, 70% responden menjelaskan setidaknya ada satu yang episode mimpi yang berhasil kontrol, dan 80% yakin bahwa orang lain dapat mengendalikan mimpinya dalam situasi tertentu. Perempuan dilaporkan memiliki keberhasilan mengendalikan mimpi daripada laki-laki.

Lucid dream ini dijadikan treatment untuk mengurangi mimpi buruk. Dalam penelitian Antonio L. Zadra tahun 1997 dilakukan dalam 5 studi kasus. Penelitian yang berlangsung selama satu tahun ini menunjukkan bahwa 4 orang sudah tidak mengalami mimpi buruk dan 1 orang mengalami penurunan intensitas dan frekuensi mimpi buruk. Hasil ini mendukung ide bahhwa treatment menggunakan lucid dream ini dapat menjadi dasar dari terapetik.

Ada sebuah teknik mudah dari beragam teknik agar individu bisa mengalami lucid dream yaitu teknik Stephen LaBerge’s Mnemonic Induction of Lucid Dreaming (MILD).

a. Pasang alarm Anda untuk membangunkan 4.5, 6, atau 7.5 jam setelah tidur

b. Ketika Anda terbangun karena alarm, cobalah untuk mengingat mimpi yang telah Anda lalui sebanyak mungkin

c. Ketika Anda berpikir bahwa Anda dapat mengingat banyak, kembali ke tempat istirahat, imajinasikan Anda berada di mimpi sebelumnya dan menjadi sadar (aware) terhadap apa yang sedang dimimpikan. Bilang kepada diri Anda, “Saya akan sadar ketika saya bermimpi,” atau hal-hal lainnya. Lakukan hal ini hingga Anda hingga Anda benar-benar tenggelam di dalamnya lalu pergi tidur

d. Jika ada pemikiran-pemikiran yang secara acak keluar ketika Anda mencoba untuk tidur, ulangi berimajinasi, beri sugesti pada diri, dan cobalah terus menerus. Jangan khawatir jika Anda memerlukan waktu yang lama untuk ini. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, maka Anda akan jatuh tenggelam di dalamnya dan Anda akan merasakan lucid dream.

Selamat berpetualang di dunia mimpi!

(Nia Janiar)

Sumber:

Boerger, Elizabeth A., 2009. Associations among boundary structure, gender, and beliefs about control of dreams. Dreaming, Vol 19(3), Sep, 2009. pp. 172-186. US: Educational Publishing Foundation

Zadra, Antonio L. 1997. Lucid Dreaming as a Treatment For Recurrent Nightmares. Psychotherapy and Psychosomatics, Vol 66(1), Jan-Feb, 1997. pp. 50-55. Switzerland: Karger

Gambar diambil dari: http://www.yerkaland.com/

Cara Mudah untuk Bahagia



Saat ini semakin banyak individu yang stres karena tekanan hidup yang semakin berat. Ekonomi yang tak menentu, penyakit yang semakin banyak, bencana yang terjadi di mana-mana, dan banyak hal lainnya yang dapat membuat individu mengalami stres. Apakah Anda salah satunya? Pada artikel ini saya ingin membahas tentang cara – cara yang dapat digunakan untuk membuat diri kita menjadi lebih bahagia.


Tubuh manusia memang unik. Berbagai emosi yang dirasakan individu dapat mempengaruhi keadaan fisik individu tersebut. Sebagai contoh, saat individu mengalami stress maka individu tersebut dapat mengalami sakit maag, pusing, mual, dsb. Sedangkan bila individu sedang bahagia, maka rasa lelah, pegal, dan penat seakan – akan tidak terasa.


Sebaliknya, fisik juga dapat mempengaruhi emosi. Sebagai contoh, ekspresi wajah kita dapat menentukan juga emosi apa yang kita rasakan. Saat kita tersenyum, maka emosi yang kita rasakan menjadi lebih positif. Sedangkan bila kita cemberut, maka emosi yang kita rasakan menjadi lebih negatif. Contoh lainnya, posisi tubuh kita juga mempengaruhi emosi yang kita rasakan. Bila posisi tubuh kita seperti individu yang sedang bersedih (bertopang dagu, membungkuk, dll) maka emosi kita juga akan lebih negatif dibandingkan bila posisi tubuh kita seperti yang dilakukan individu yang sedang bahagia (kepala tegak, menaikkan kedua tangan ke atas, dll).


Bagaimana proses terjadinya fisik mempengaruhi emosi? Otak ternyata dapat “tertipu” oleh fisik kita. Otak telah memiliki memori tentang apa yang kita lakukan saat merasakan emosi tertentu. Seperti telah disebutkan di atas, saat individu sedih pada umumnya akan bertopang dagu, saat individu bahagia akan merentangkan kedua tangan ke atas. Memori itu yang kemudian membuat otak “tertipu” oleh fisik kita. Saat fisik kita melakukan sesuatu yang merupakan tanda-tanda dari emosi tertentu tersebut, otak membuat kita berpikir kalau kita sedang merasakan emosi tersebut sehingga kita akhirnya seakan-akan merasakan emosi tersebut.


Dengan mengetahui bahwa kita dapat “menipu” otak untuk merasakan emosi yang kita inginkan tentu dapat membantu kita ketika kita sedang sedih, tidak bersemangat, atau kesal. Apabila kita sedang merasakan emosi negatif, cobalah untuk mengubah posisi tubuh atau tersenyum, tertawa sehingga dapat membuat otak kita berpikir kita sedang merasakan sebaliknya.



http://www.healthmean.com/health-growth/emotions-affect-the-body/

Strack, F., Martin, L.L., & Stepper, S. (1988). Inhibiting and facilitating conditions of the human smile: a nonobtrusive test of the facial feedback hypothesis. Journal of Personality and Social Psychology, 54, 768-777.


McGonigal, Kelly. (2009). Change Your Posture. http://www.psychologytoday.com/blog/the-science-willpower/200910/change-your-posture


http://www.neuropsychologycentral.com/interface/content/resources/page_material/resources_general_materials_pages/resources_document_pages/neuropsychosocial_factors_in_emotion_recognition.pdf


http://healthpsych.psy.vanderbilt.edu/2008/Smile.htm


Info Penulis:

Christian Hermawan adalah alumni Fakultas Psikologi UI. Meskipun saat ini disibukkan oleh rutinitas pekerjaan, ia masih menyempatkan diri berbagi pengetahuan melalui artikel - artikelnya.

sumber :
http://ruangpsikologi.com/cara-mudah-untuk-bahagia

Asal Usul Preferensi Warna Yang Dimiliki Manusia


Di sebuah showroom mobil, terpajang beragam jenis mobil dengan berbagai warna. Bahkan ada juga mobil yang harganya tergantung dengan warna mobil tersebut padahal fungsinya sama saja. Selain mobil, dalam membeli sesuatu pun pilihan-pilihan manusia terpengaruh oleh warna misalnya pakaian, cat untuk kamar, handphone, dan lain-lainnya. Bahkan jika sudah terpatok pada suatu warna tertentu, barang-barang yang lain berwarna seragam. Tapi dari manakah datangnya preferensi warna yang dimiliki manusia?

Dua orang psikolog, Stephen Palmer dan Karen Schloss dari UC Berkeley, menerapkan sudut pandang “tidak ada yang masuk akal di dunia biologi kecuali teori evolusi” yang dikemukakan oleh Theodosius Dobzhansky pada tahun 1973. Mereka menguji teori bahwa preferensi warna manusia itu adaptif. Maksudnya adalah manusia lebih cenderung bertahan hidup dan bereproduksi berhasil jika mereka tertarik pada objek dengan warna yang “terlihat baik” untuk mereka dan mereka akan menghindari objek dengan warna yang “tampak buruk “untuk mereka. Ide utamanya adalah semakin banyak umpan balik berdasarkan pengalaman ketika seseorang menerima warna tertentu yang berhubungan dengan pengalaman positif, semakin banyak individu akan cenderung menyukai warna itu. Misalnya jika manusia memiliki pengalaman-pengalaman positif dengan warna hijau karena melihat pohon teh laksana permadani, pohon yang meneduhkan, maka manusia itu akan cenderung menyukai warna hijau.

Stephen Palmer dan Karen Schloss melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa secara umum, manusia menyukai warna cerah misalnya langit cerah dan air bersih (misalnya biru) dan tidak menyukai warna yang berhubungan dengan pengalaman negatif (misalnya cokelat yang berhubungan dengan makanan membusuk atau kotoran). Merah terang, biru, dan hijau, adalah warna yang paling banyak disukai.

Perbedaan warna yang digemari manusia menjadi berbeda karena setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda-beda mengenai sebuah warna. Mungkin saya menyukai warna ungu karena mengingatkan pada dinding kamar ketika saya masih kecil dan banyak kenangan yang indah di dalamnya, atau mungkin Anda menyukai warna kuning karena mengingatkan pada optimisme sinar matahari di pagi hari.

Preferensi ini dikuatkan oleh industri makanan dengan menciptakan perwarna makanan. Contoh kecilnya ada di sekitar kita yaitu di pedagang buah. Seseorang enggan melihat semangka yang tidak merah atau mangga yang tidak kuning, oleh karenanya buah-buahan itu dicelup ke perwarna, selain agar penjualannya meningkat, tetapi juga untuk memenuhi preferensi manusia. (Nia Janiar)

Sumber:

Fields, Douglas R. (2011, 1 April). Psychology Today: Why We Prefer Certain Colors. Psychology Today [Online]. Tersedia: http://www.psychologytoday.com/blog/the-new-brain/201104/why-we-prefer-certain-colors

sumber :
http://ruangpsikologi.com/asal-usul-preferensi-warna-yang-dimiliki-manusia

Membimbing anak agar menjadi individu yang percaya diri ^^

Oleh: Teater Psikologi UI (TEKO UI)

*Tulisan ini dibuat sebagai latar belakang ilmiah dari pementasan “Satu Cerita Lagi” yang akan dipentaskan TEKO UI pada hari Sabtu dan Minggu ini (12/03/2011 pukul 18.30 & 13/03/2011 pukul 14.00). Pementasan ini adalah pementasan TEKO UI yang pertama kali dibuat untuk umum, walau masih masuk dalam rangkaian ulang tahun Fakultas Psikologi UI. HTM: Rp. 10.000 (bisa dibeli di tempat). Untuk informasi lebih lanjut, bisa klik di sini.

Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang individu mempelajari berbagai macam hal. Di sini setiap individu mendapatkan bekal utama sebelum melangkah menuju tempat yang lebih jauh, baik itu sekolah, pergaulan maupun masyarakat.

Pola asuh serta suasana yang dibangun orang tua dapat berpengaruh terhadap karakter anak. Apabila orang tua demokratis, adil, mendengarkan anaknya serta membangun suasana yang nyaman dan aman, maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan optimis dalam menghadapi tantangan yang dia temui. Akan tetapi, jika orang tua acuh, otoriter, tidak harmonis dan membangun suasana permusuhan dalam keluarga, maka anak akan menjadi pesimis, menarik diri dan merasa memiliki kemampuan rendah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Iklim yang terdapat dalam keluarga merupakan hal yang penting dalam membangun diri individu. Salah satu aspek yang berkembang adalah rasa percaya diri anak. Anak yang mendapatkan dukungan besar dari orang tuanya tidak akan ragu untuk mengeksplorasi lingkungannya. Orang tua harus memupukkan rasa keyakinan bahwa si anak dapat menyelesaikan berbagai masalah berdasarkan tugas-tugas yang telah dia kerjakan sebelumnya. Hal tersebut disebut dengan meta – confidence. Tentunya, untuk mendapatkan hasil yang kuat, orang tua harus bekerja sama dengan baik dalam penerapannya.

Dalam mengembangkan dirinya, seorang anak butuh tahu terlebih dahulu bahwa dia berada dalam lingkungan yang aman. Hubungan yang harmonis di antara orang tua memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak. Hal tersebut juga menunjukkan betapa kokoh pondasi yang mereka buat. Sehingga tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai masalah yang ada.

Lalu, apakah itu artinya orang tua yang baik harus lepas dari konflik pribadi? Tentu tidak. Dalam suatu hubungan, tentu terdapat perbedaan – perbedaan antara seseorang dengan pasangannya. Perdebatan juga seringkali muncul untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana mungkin orang tua dapat mengajarkan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik, jika mereka sendiri tidak mampu menemukan solusi dari pertentangan yang mereka hadapi? Sementara seperti yang kita ketahui bersama, anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka. Mereka mencontoh strategi penyelesaian masalah yang dilakukan ayah dan ibunya. Apabila, kedua orang tua gagal melakukan hal tersebut, maka jangan heran kalau anak juga gagal dalam menyelesaikan persoalan yang ia hadapi. Kegagalan demi kegagalan yang anak hadapi, membuatnya cenderung lari dari masalah dan menutup diri dari pergaulan, karena merasa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi kesulitan yang ada di lingkungannya.

Akan tetapi hasil yang didapat akan jauh berbeda jika orang tua memilih untuk duduk dengan tenang untuk mendiskusikan alternatif solusi mengenai persoalan yang mereka hadapi. Tidak ada suara yang keras maupun perilaku kekerasan yang dilakukan oleh satu orang kepada yang lainnya. Dengan demikian, anak akan belajar mengenai ketegaran, toleransi, sikap menghargai dan tahu bagaimana mengungkapkan pendapatnya dengan baik.

Orang tua jelas tidak hanya bertugas untuk memperkenalkan anak dengan dunia. Namun lebih jauh lagi, orang tua juga sebaiknya dapat membimbing anak-anaknya dalam menghadapi persoalan sepanjang perkembangannya. Untuk itu, orang tua juga hendaknya dapat menjadi model yang baik dalam menyelesaikan masalah.

Sumber :

http://www.psychologytoday.com/blog/ambigamy/201012/parentings-three-priorities-raising-world-ready-children

http://edtechdev.org/

Sumber foto: http://www.flickr.com/photos/45009939@N06/5452713877/

sumber : http://ruangpsikologi.com/membimbing-anak-agar-percaya-diri